Konsep DIY Dari Brand-Brand Baru Wirausahawan Muda Ende. Senin kemarin, bertepatan dengan peringatan
Hari Sumpah Pemuda ke-91, saya berkesempatan meliput kegiatan keren yang diselenggarakan atas kerjasama
Pemerintah Daerah Ende,
E.thical,
Rikolto,
Universitas Flores (Uniflor), dan
RRI Ende. Kegiatan dengan
spirit Hari Sumpah Pemuda ini mengusung tema
Dengan Semangat Sumpah Pemuda Kita Dorong Peran Orang Muda dalam Ekonomi Berkelanjutan dari Desa untuk Ende. Berlangsung di dua lokasi: Aula Lantai II Kantor Bupati Ende dan di halaman samping Kantor Bupati Ende, kegiatan ini menjadi momen memperkenalkan wirausahawan/i muda Ende dalam berinovasi: memikirkan tema, membangun
brand, membikin
prototype, hingga memamerkan dan memasarkan.
Baca Juga: Ini Dia Dompet Alat Tulis Cantik Berbahan Kain Flanel
Sebelumnya, sekitar satu bulan, telah diselenggarakan kegiatan
Kewirausahaan Pemuda Berkelanjutan kerja sama E.thical, Ricolto,
Fakultas Pertanian dan
Fakultas Teknologi Informasi Uniflor. Pesertanya berjumlah (24) dua puluh empat orang. 8 (delapan) peserta berasal dari Fakultas Teknologi Informasi Universitas Flores (Uniflor), 5 (lima) peserta berasal dari Fakultas Pertanian Uniflor, sedangkan 11 (sebelas) peserta lainnya merupakan anak muda kreatif dan berdaya juang tinggi yang berasal dari berbagai daerah di Kabupaten Ende. Satu bulan kegiatan dengan berbagai bekal ilmu tersebut telah membentuk karakter wirausaha di dalam diri mereka. Sesuatu yang menurut saya
supa amazing, apabila melihat
output-nya.
Pasar E.thical
Hasil penggemblengan dua puluh empat peserta tersebut kemudian digelar pada Hari Sumpah Pemuda dengan tiga mata acara yaitu
Presentasi Proposal,
Pasar E.thical, dan
Talkshow. Presentasi Proposal dilaksanakan di Aula Lantai II Kantor Bupati Ende, dimulai pukul 13.00 Wita, dimana masing-masing peserta diberi waktu sekitar tiga hingga lima menit untuk memperkenalkan
brand dan produk mereka. Pukul 16.00 Wita, kegiatan dilanjutkan dengan Pasar E.thical dan Talkshow yang disiarkan secara langsung oleh RRI Ende.
Ethical Market Day atau Pasar Ethical merupakan pasar yang memamerkan hasil karya dua puluh empat peserta Kewirausahaan Pemuda Berkelanjutan dalam
sembilan belas brand, yang sebelumnya telah memperoleh ilmu dan bekal untuk berwirausaha oleh tim dari Ethical yang bekerjasama dengan Rikolto, Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknologi Informasi Uniflor. Pada pasar itu berdiri stan-stan tempat peserta memperkenalkan usaha dan/atau
brand, memamerkan produk, serta menjual produk mereka. Setiap stan dilengkapi dengan profil singkat wirausahawan/i muda tersebut serta nama serta penjelasan produk yang diproduksi. Selain itu juga hadir stan dari
Lepa Lio Cafe asal
Remaja Mandiri Community Detusoko.
Natalia Mudamakin, salah seorang mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi, merupakan wirausahawati muda yang mendirikan
brand Palapa Rasa dengan motivasi kuat untuk menyediakan tempat bagi anak muda Ende untuk bekerja dan berdaya. Palapa Rasa merupakan
brand snack buah organik khas pertama di Kabupaten Ende yang mengangkat cita rasa kuliner khas Flores. Natalia Mudamakin dengan
brand Palapa Rasa meraih
Juara 3 Ethical Entrepreneur Ende.
Credits: David Mossar.
Elok merupakan
brand yang dibikin oleh alumni Uniflor dari Fakultas Bahasa dan Sastra yaitu
Cahyadi, yang melihat potensi dari lahan tidur terlantar di pekarangan rumah tangga-rumah tangga di Kota Ende. Melalui Elok, Cahyadi berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat lokal dan lahan tidur secara optimal demi terciptanya kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan. Sebagai bahan makanan alternatif rendah gula, Elok yang berbahan sorgum merupakan pilihan alternatif yang terjangkau, dan merupakan pilihan tepat penderita diabetes dan bagi siapa saja yang mencari alternatif karbohidrat sehat. Cahyadi dengan
brand Elok meraih
Juara 2 Ethical Entrepreneur Ende.
Ine Lawo merupakan
brand usaha yang dibentuk oleh
Karolina Dua Oga dan mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi
Maria Yasinta Mau Rema dengan motivasi untuk mencegah punahnya keterampilan menenun. Visi Ine Lawo adalah melihat regenerasi pengrajin tenun muda di Kabupaten Ende. Fashion tenun moderen yang membangkitkan kecintaan pada budaya Ende, Ine Lawo memanfaatkan kain sisa tenun menjadi busana moderen untuk membangkitkan kembali kecintaan pada tradisi dan budaya menenun. Karolina Dua Oga dan Maria Yasinta Mau Rema dengan
brand Ine Lawo meraih
Juara 1 Ethical Entrepreneur Ende.
Pasar Ethical dikunjungi oleh masyarakat umum Kabupaten Ende yang tertarik dengan inovasi yang dilakukan oleh para wirausahawan/i muda Ende tersebut, salah satunya yang baru saja membuka usaha kafe Sahabat Kopi. Selain Elok, Ine Lawo, dan Palapa Rasa,
brand lainnya antara lain Tamiimah, FloCo., Frame Culture, Famous De Flores, Poly Deli, Pemuda Berdikari, Teka Uta, Oster, Plastic Reduce Initiative, Daur Ulang Kreatif, Rae Chili Flores, Ende Creative Millenials, Able, Ecodes, Ecocamp, dan Briona Flower.
Pada acara Talkshow yang dimoderatori oleh Kakak Rossa Domingga dengan narasumber dua diantaranya Nando Watu dan Karolus Naga, saya mendengar kalimat inspirasi yaitu
3C: Content, Colaborate, Community. Artinya seorang wirausahawan/i harus mampu menyiapkan kontennya sendiri, tapi harus mampu pula berkolaborasi dan berkomunitas. Kolaborasi sebagai daya dongkrak
brand, komunitas agar
brand lebih banyak dikenal (seperti efek domino). Bahkan diberikan pula contoh dari ranah Youtube oleh para Youtuber.
Sebelum Talkshow pun saya sudah paham betul bahwa berbisnis butuh 3C itu. Dan perkara 3C saya temukan pada salah satu
brand baru yaitu
FloCo. Dua anak muda ini yaitu
Petronela Ina dan
Diana Segu memilih
brand bernama FloCo. sebagai
brand cokelat batang organik pertama di Ende yang menggunakan 100% bahan alami. Diolah dari biji cokelat pilihan, FloCo. adalah pilihan oleh-oleh yang tepat untuk para wisatawan baik domestik maupun internasional. Tujuan mereka mendirikan FloCo. adalah memutus tengkulak dengan meningkatkan kesejahteraan petani kakao.

Yang menarik dari FloCo. justru pada kemasannya yaitu sejenis wati yang cantik dengan tutupan. Kemasan ini dibikin oleh keluarga mereka. Ini salah satu contoh kolaborasi yang baik. Satu produk, tapi ada dua keuntungan yang diperoleh oleh pembeli kelak (karena yang dipamerkan kemarin masih prototype). Saya bilang pada mereka, "Cokelat itu biasa, di mana-mana ada, dan mungkin orang juga bakal memburu cokelat ini sebagai oleh-oleh. Tapi kalau melihat dari sisi oleh-olehnya, tentu kemasannya ini yang diburu." Iya, konten mereka adalah cokelat, kolaborasi mereka dengan pihak lain adalah kemasannya. Komunitas? Mereka sudah tergabung dalam komunitas wirausahawan muda tersebut, bersama 22 peserta lainnya.
Supa amazing!
Konsep DIY
Ini keutamaan yang mau dibahas. Ketika tidak ada sesuatu yang memuaskan keinginan, maka harus bisa membikinnya sendiri. Pasar E.thical mengenyangkan jiwa DIY (
Do It Yourself) saya. Rata-rata hampir semuanya memang berkonsep DIY.
Elok dari Cahyadi menggunakan wati serta kantong serut untuk mengisi sorgum sebagai produk andalannya. Saya sangat menyukai kantong serut yang dijahit sendiri oleh Cahyadi, atau oleh Mamanya. Terlihat unik karena tali serutnya menggunakan bahan goni. Kemudian, Cahyadi memberikan saya satu kantong serut ini:
Ine Lawo, saya setuju mereka jawara, membikin produk DIY dari kain tenun sisa. Kalau boleh saya bilang:
Ine Lawo itu 100% DIY. Kain tenun sisa ini bisa diminta di penjahit. Tapi bisa juga sih meyiapkan kain tenun khusus untuk dikreasikan ini itu. Kain tenun sisa tidak saja diaplikasikan pada pakaian, seperti celana jin sobek yang ditambal tenunan atau kemeja, tapi mereka juga membikin aneka asesoris seperti bandana, anting-anting, kalung, dan lain sebagainya. Seperti foto di bawah ini, salah satu hasil DIY-nya Ine Lawo:
Dari
brand Daur Ulang Kreatif (atau Plastic Reduce Initiative, saya lupa) saya menemukan tas daur ulang seperti pada foto di bawah ini:
Bagaimana tali rafia dibikin tas seperti foto di atas, itu adalah ketekunan, keuletan, dan daya kreativitas yang luar biasa!
Masih banyak barang DIY yang saya temui kemarin di Pasar E.thical. Selain wati sebagai kemasan cokelat FloCo., ada pula tas-tas kertas DIY yang ditempeli
brand/logo, yang pastinya dibikin sendiri sama para wirausahawan muda Ende tersebut. Selain itu, kalau kalian melihat foto di awal pos, itu dari Frame Culture! Dia membikin frame dan aneka asesoris yang biasa dipakai orang-orang buat menghasilkan foto yang
instagenic. Frame-nya jelas dibalut kain tenun ikat.
⇜⇝
Dari semua yang ditulis di atas, saya jadi ingat sama diri sendiri, yang meraup keuntungan belipat ganda hanya dengan mendaur ulang sampah.
Brand saya waktu itu
Rumah Kreatif Tuteh. Aneka produk sudah saya bikin, baik karena pengen bikin, maupun karena dipesan sama pelanggan *duhaaaiii, pelanggan* hehe. Tapi karena tuntutan pekerjaan lain yang membutuhkan skala prioritas, karena saya juga punya pekerjaan utama, usaha itu tidak saya teruskan. Padahal keuntungannya
supa amazing. Karena kegemaran ber-DIY-ria itulah maka setiap Rabu tema pos ini adalah DIY. Hehe.
Credits: Ihsan Dato.
Bagaimana, kawan? Suka kan sama pos kali ini? Menambah informasi sekaligus cuci mata sama foto-fotonya *kedib*, karena saya sendiri juga suka sama foto-foto yang cuma dijepret menggunakan telepon genggam tersebut. Salah satu foto memang saya minta pada David Mossar, karena saya lupa memotret stan-nya Cahyadi. Dan satu foto dijepret oleh Om Ihsan Dato.
Semoga para peserta dapat melanjutkan apa yang sudah mereka rintis pada Hari Sumpah Pemuda tersebut.
Mari kita dukung!
#RabuDIY
Cheers.