Arsip Bulanan: Januari 2021
Tips Mendapatkan Penghasilan Bagi Blogger Pemula
Sumber Penghasilan Blogger
Dari Iklan
Endorsement
Content Placement
Afiliasi
Jasa Penulisan
Cara Mendapatkan Penghasilan Bagi Blogger
Buat Konten Berkualitas
Konsisten Menulis
Share Kontenmu
Bergabung dengan Komunitas
Bergabung dengan Platform
Kolaborasi dan Kerjasama
Jangan Malu Bertanya
Nikmati Prosesnya
Cara Mudah Mewujudkan Resolusi Tahun Baru
Setiap tahun baru, masyarakat berbondong-bondong mengucapkan doa dan harapan sebagai resolusi. Setelah pesta usai, maka sirnalah sudah resolusi yang telah diucapkan pada malam pergantian tahun baru. Padahal resolusi tahun baru merupakan momen yang sangat tepat, ketika semangat dan harapan pun digaungkan pada semesta dan Tuhan. Namun, setelah kembali ke rutinitas, seolah semuanya tak terjadi apapun, dan resolusi hanya tinggal ucapan belaka.
Pun demikian, saya mengalami kejadian serupa dengan kebanyakan orang. Setiap malam pergantian tahun, saya mengucapkan banyak doa dan harapan. Namun, selang beberapa bulan bahkan hanya dalam hitungan minggu semuanya hanya terkenang di memori, tanpa ada sebuah tindakan untuk mewujudkannya. Ibarat kata, saya sudah berjanji pada diri sendiri untuk berubah kearah yang lebih baik, namun ternyata hanya bersifat sementara. Dalam beberapa hari kemudian, saya mengulangi kesalahan yang sama, dan mengingkari janji saya terhadap diri saya sendiri.
Faktanya, sebuah studi yang dilakukan oleh Richard Wiseman dari Universitas Bristol menunjukkan bahwa 88% dari mereka yang memiliki resolusi tahun baru gagal mewujudkannya. Padahal, 52% dari responden yakin pada awalnya bahwa mereka akan berhasil mewujudkannya.
Ya, dan saya bukan satu-satunya yang gagal mewujudkan resolusi tahun baru, masih ada 88 persen penduduk di dunia ini yang melakukan kesalahan yang sama. Bayangin aja kalau penduduk di bumi ini sekitar 7 milyar, maka sekitar 6 milyar orang yang tidak berhasil mewujudkan resolusi, sebuah angka yang cukup banyak banget kan.
Kemudian timbul pertanyaan, bagaimana cara mewujudkan resolusi tahun baru? Karena sangat banyak yang tidak berhasil mewujudkannya.
Sebelum saya membagikan tips, saya sedikit menyinggung tentang momen awal tahun dalam hidup saya. Iya, saya lahir tanggal 4 Januari, sehingga momen inilah yang membuat saya sangat termotivasi untuk membuat resolusi sekaligus kado bagi diri saya sendiri. Dan, inilah saat yang tepat untuk membuat resolusi sehingga bisa terwujud satu per satu.
Baca juga : Cara Memulai Bisnis Tanpa Modal
Kenapa Resolusi tidak Berhasil Diwujudkan?
Tips Mewujudkan Resolusi Tahun Baru
Tuliskan Resolusimu
Resolusi yang Realistis
Resolusi yang Spesifik
Jabarkan Resolusimu
Mulai dari Sekarang
Cara Memulai Bisnis Online Tanpa Modal
Jenis Bisnis Tanpa Modal
Tour Travel
Reseller atau Dropshipper
Jasa Video atau Fotografi
Web Designer
Agen Properti
Cara Memulai Bisnis Online Tanpa Modal
Cari Tahu Jenis Bisnismu
Mulai Aja Dulu
Promosi Gratis Melalui Social Media
Buka MarketPlace
Gunakan Aplikasi Online Mesin Kasir
Pisahkan Rekening Bisnis dan Pribadi
Komitmen Seperti Bekerja di Kantor
S0605: Tips Wawancara “Bodoh” ala Larry King
Dia adalah The Beatlesnya para interviewer, karena gaya wawancaranya yang banyak menjadi acuan. Dia konsisten dengan format acara wawancara selama 25 tahun dan sudah menghasilkan lebih dari 6000 episode. Berbagai kalangan mulai dari presiden, dictator, artis, penjahat, sampai orang-orang biasa tidak lepas dari todongan pertanyaan-pertanyaannya yang tak jarang memunculkan sisi lain dari mereka yang selama ini tidak diketahui public. Sang Raja interview itu baru saja meninggal dunia hari Sabtu, 23 Januari 2021 dalam usia 87 tahun. Nama aslinya Lawrence Harvey Zeiger tapi dunia lebih mengenalnya sebagai Larry King.
Suarane Podcast mencoba merangkum beberapa pelajaran penting dari Sang Raja Wawancara ini yang semoga bermanfaat buat kita para podcaster
—
Tentang Suarane Podcast Podcast:
Suarane Podcast adalah podcast yang berbagi informasi seputar dunia Podcast dan dibawakan oleh Rane Hafied dari Bangkok, Thailand. Podcast ini bisa didengarkan di berbagai aplikasi podcast atau langsung ke website https://suarane.org. Kontak: suarane@gmail.com atau Instagram @SuaranePodcast. Mau ikut bersuara di podcast ini dalam bentuk pertanyaan atau komentar, kirim voice note via Whatsapp ke 08 7878 5050 12.
Credits: Musik yang dipakai di episode ini adalah:
Loopster by Kevin MacLeod
Link: https://incompetech.filmmusic.io/song/4991-loopster
License: https://filmmusic.io/standard-license
—
Send in a voice message: https://anchor.fm/suarane/message
S0604: Menculik Sang Penculik
Dia salah satu pemenang Challenge #30HariBersuara dari Komunitas ThePodcasters Indonesia lewat salah satu kreasinya yakni Podcast Penculikan. Ide podcast ini sederhana sekali sebenarnya yaitu wawancara dengan berbagai macam nara sumber. Yang berbeda adalah karena ia menggunakan konsep seperti proses interogasi di film-film kriminal. Jadilah sebuah kemasan yang sekilas seperti crime-story, tapi sebenarnya adalah wawancara. Ide inilah yang membuat para juri #30HariBersuara tertarik.
Dengarkan saja sendiri obrolan di balik layar Podcast Penculikan bersama Dodi “Bang Odi” Susetiadi, si pelaku penculik.
WASPADALAH!
—
Tentang Suarane Podcast Podcast:
Suarane Podcast adalah podcast yang berbagi informasi seputar dunia Podcast dan dibawakan oleh Rane Hafied dari Bangkok, Thailand. Podcast ini bisa didengarkan di berbagai aplikasi podcast atau langsung ke website https://suarane.org. Kontak: suarane@gmail.com atau Instagram @SuaranePodcast. Mau ikut bersuara di podcast ini dalam bentuk pertanyaan atau komentar, kirim voice note via Whatsapp ke 08 7878 5050 12.
Credits: Musik yang dipakai di episode ini adalah:
Loopster by Kevin MacLeod
Link: https://incompetech.filmmusic.io/song/4991-loopster
License: https://filmmusic.io/standard-license
—
Send in a voice message: https://anchor.fm/suarane/message
Cerita Tentang Obat Paten Dan Obat Generik
PATEN DAN STANDAR

Ruangan kasir rumah sakit itu terlihat sempit, mungkin tidak sampai 1 x 2 meter. Seperti loket untuk membeli karcis bioskop atau tiket kereta di stasiun. Kaca dengan lubang kecil berbentuk mulut gua menjadi satu-satunya celah untuk berkomunikasi dengan penghuni ruang sempit itu.
Seorang perempuan berusia sekitar 20 tahun sedang duduk di balik loket, menunduk, entah mengerjakan apa. Tak terlalu terlihat dari tempatku berdiri sebab terhalang penyekat tak tembus pandang.
"Permisi, Sus." Aku menyapanya dengan panggilan yang biasa dan umum ditujukan untuk pekerja rumah sakit yang perempuan selain dokter.
Suster itu sedikit kaget, menoleh ke arahku.
"Eh--Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?," katanya dengan gerakan sopan dan senyum khas sesuai standar pelayanan pelayan garis depan.
"Saya mau tanya, tentang tagihan sementara hingga saat ini untuk perawatan istri saya."
"Oh, baik. Siapa nama pasiennya, Pak?"
"Namanya sebut saja Melati."
"Ok. Ditunggu sebentar ya, Pak."
Suster loket itu beranjak ke ruangan dalam, menuju meja komputer. Aku duduk di ruang tunggu itu sambil memandang sekeliling. Sepi, hanya ada beberapa orang saja di ruang tunggu yang dilengkapi pendingin ruangan ini. Rapih dan bersih juga. Lantai dan perabotannya terlihat rutin dibersihkan. Yah, lumayanlah untuk ukuran rumah sakit kecil seperti ini.
Tak beberapa lama, kepala suster loket itu muncul di balik jendela kaca. "Pak, ini tagihannya atas nama sebut saja Melati." katanya sambil menyodorkan selembar kertas print out tagihan.
Aku menghampiri loket dan kuambil kertas kecil yang bertuliskan angka-angka itu.
"Whaatt!!?." Jumlahnya gede banget! Untuk ukuranku yang hanya tukang ojek, jumlah segitu bisa menguras tabungan hasil ojek selama 5 bulan,! kataku dalam hati.
Masalahnya, aku gak sempet nabung. Penghasilan ojek hanya cukup untuk keperluan sehari-hari. Boro-boro untuk menabung atau membayar premi asuransi kesehatan.
Setelah berhasil menenangkan pikiran, kutatap suster yang diam saja melihat kekagetanku.
"Yang bikin mahal apa ya, Sus?," tanyaku penasaran.
"Oh, kalo dilihat dari daftarnya, yang bikin harga tinggi itu obat-obatan, saya juga kaget lihat harga obatnya yang mahal," kata Suster loket sambil memandangku, ada empati di sinar matanya.
"Maksudnya gimana, Sus?," kejarku yang benar-benar tidak dapat mencerna kata-kata suster muda ini.
"Sebaiknya, bapak tanya saja ke ruang perawatan kamar, biar lebih jelas. Kalo saya hanya kasir pak, hanya tahu jumlah tagihan," hindar suster muda ini. Sekilas sempat kubaca nama di bajunya.
Aku mengangguk, "Ok baik, saya akan tanya ke sana. Terima kasih ya, Sus."
"Sama-sama, Pak."
Aku berlalu dari bagian kasir, langsung menuju lantai dua tempat istriku di rawat. Ada Ruang Perawat di sana.
****
Ruangan para perawat jaga terletak di sudut gang tempat lalu lalang pasien/pengunjung. Di situ ada 4 orang perawat yang sedang duduk, berkutat dengan entah apa.
"Permisi, Sus." Aku menyapa mereka. Keempatnya kompak mendongak, ada juga yang kaget sambil menyembunyikan ponselnya.
Bruder, perawat yang laki-laki menyahut, "Ya, pak. Ada yang bisa dibantu?."
"Begini mas, tadi saya dari bagian kasir, menanyakan tagihan sementara untuk perawatan istri saya." Aku diam sejenak. Bruder dan tiga orang suster juga diam menyimak.
"Tagihannya ternyata lumayan besar, padahal istri saya baru masuk jam 11 siang kemaren, sampai hari ini jam 2 siang, hanya satu hari lebih dikit, atau 26 jam saja."
Mereka masih diam tak menanggapi.
"Menurut kasir yang bikin mahal adalah tagihan obat-obatan, benarkah demikian?." Aku sengaja menekannya di bagian kata "obat-obatan" seperti yang disampaikan oleh kasir muda tadi.
"Oh, kalo boleh tau, pasien pake jaminan apa pak?," tanya si mas Bruder.
"Saya bayar mandiri, kartu BPJS saya gak bisa digunakan," kataku lemah.
"Oh gitu ya, Pak. Memang obat-obatan untuk pasien yang bayar mandiri, diberikan yang bagus dan paten yang bikin cepat sembuh, jadinya mahal, sama dengan pasien peserta asuransi," Bruder itu menjelaskan dengan ringan.
Penjelasan yang ringan itu terasa berat bagiku. Aku hanya terbengong-bengong mendengar itu.
"Kalo ada pasien yang pake BPJS, dikasih obat yang sama?," tanyaku penasaran.
"Oh enggak pak, harga obat disesuaikan dengan tarif di BPJS, biasanya lebih murah." jawab si Bruder dengan entengnya.
"Berarti dikasih obat yang gak paten?."
"Iya, obatnya yang standar, obat generik."
Aku tambah pusing. Obat standar? Obat Generik? Obat paten? untuk orang sakit?.
Aku ngeloyor pergi sambil mengucapkan terima kasih. Setelah menghubungi sana-sini terkumpul dana sumbangan dari keluarga. Akhirnya diputuskan membawa pulang istriku yang belum sembuh benar. Di rawat di rumah. Sambil mencari celah untuk mendapatkan kartu sakti guna berobat gratis.
Beruntung punya kawan-kawan yang hebat-hebat, mereka mau membantu. Semoga berhasil.
****
Inget tetanggaku yang seorang kontraktor, pernah bilang saat nge-cor jalan perumaan. Cor yang mahal kualitas campuran dan obatnya lebih paten. Jadi kering lebih cepat dan awet puluhan tahun.
Beda dengan Cor-an yang murah, kering lebih lama, dan gampang hancur.
Omaygat!

*Catatan editor mengenai Obat Paten dan Obat Generik*
Obat generik adalah obat-obatan yang sudah habis masa patennya. Oleh sebab itulah jenis obat generik dapat di produksi oleh hampir seluruh perusahaan farmasi yang ada tanpa harus membayar royalti.
Obat generik dapat dijual dengan harga yang jauh lebih murah karena ada dua faktor yang mempengaruhi hal tersebut, yakni karena memproduksi obat generik tidak membutuhkan biaya untuk riset atau penelitian (RND) serta tidak membutuhkan biaya untuk pematenan obat atau membayar royalti kepada pemilik atau pemegang hak paten.
Obat generik sendiri ada 2 jenis. Yakni obat generik bermerk dan obat generik berlogo
Obat Generik Berlogo (OGB)
OGB atau obat generik berlogo adalah obat yang diberi nama sesuai dengan kandungan zat aktif yang dikandung. Sebagai contoh obat antibiotik seperti amoksisilin. Pada obat generik berlogo atau OGB, maka nama pada kemasannya adalah Amoksisilin tanpa ada nama lain di bagian belakang nama obat tersebut.
Obat Generik Bermerk
Sedangkan obat generik bermerk adalah obat generik yang dinamai sesuai dengan keinginan dari produsen farmasi yang memproduksinya. Contohnya pada obat antibiotik seperti amoksisilin di atas tadi. Misalnya sebuah perusahaan BP memproduksi obat tersebut, maka nama pada obat tersebut akan menjadi Amoksisilin BP pada kemasannya.
Obat generik bermerk lebih mahal karena menggunakan kemasan yang lebih baik sesuai dengan keinginan produsennya. Perbedaan lainnya dengan OGB juga pada beberapa zat tambahan serta zat pelarut yang digunakan pada racikan obat tersebut. Pada sebagian jenis obat generik bermerk, biasanya akan ditambahkan zat yang akan mengurangi aroma yang kurang sedap dari obat.
Pengertian Obat Paten
Berbeda dengan obat generik, obat paten adalah obat baru yang diproduksi serta dipasarkan oleh sebuah perusahaan farmasi yang sudah memiliki hak paten terhadap produksi obat baru tersebut.
Hal tersebut tentu saja dilakukan menurut serangkaian uji klinis yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan farmasi tersebut. Tentunya disesuaikan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan secara internasional. Sehingga obat yang telah diberikan hak paten tersebut tidak dapat diproduksi hingga dipasarkan oleh berbagai perusahaan farmasi lainnya tanpa seizin perusahaan farmasi yang memiliki hak paten.
Izin produksi ataupun pemasaran akan diberikan kepada perusahaan farmasi lain dengan pembayaran royalti, besaran biaya royalti inilah yang membuat harga obat tersebut menjadi mahal.
Masa berlaku hak paten di Indonesia adalah 20 tahun. Dan saat masa hak paten tersebut habis, maka pihak perusahaan farmasi pemilik paten tersebut tidak dapat memperpanjangnya kembali.
Jenis obat yang masa patennya telah habis tersebut dapat diproduksi kembali oleh perusahaan farmasi lain dalam bentuk obat generik bermerk atau obat generik berlogo.
5 Alasan Mengapa Podcast (Cocok/Tidak Cocok*) Buat Para Blogger
*Coret yang tidak perlu

Artikel blog ini saya persembahkan untuk Kumpulan Emak-emak Blogger (KEB) yang tahun ini menyambut usianya yang ke 9. Selamat ulang tahun ya, Mak! Sukses terus!!
Tidak semua orang cocok dengan podcast! Karena itu alih-alih mempromosikan podcast, di kesempatan ini saya akan memaparkan 5 alasan mengapa podcast mungkin saja cocok atau tidak cocok buat para blogger.
Pada akhirnya teman-teman blogger sendiri yang nanti akan bisa memutuskan setelah menyimak ke lima poin berikut ini!
~~~
1. PODCAST ITU PERLU SUARA
“Suara saya jelek, suara saya cempreng kayak Donald Bebek. Ih, geli denger suara sendiri! Amit-amit deh!“
Terlalu sering saya mendengar komentar-komentar seperti ini, dan tanggapan saya selalu sama: MEMANG!
..eh gimana? gimana?
Ya memang aneh! Tapi ada alasannya. Alasan paling sederhana adalah karena kita jarang sekali mendengarkan rekaman suara kita sendiri. Jangankan suara, buat yang hobi selfie, coba lihat kamera ponsel sendiri dan perhatikan seberapa banyak kita mengambil foto kita sendiri dari berbagai sudut, karena merasa ada yang kurang pas. Padahal kita sudah monyongin mulut sana sini, mata dipelotot-pelototin! Kenapa terasa tidak pas, karena foto tidak pernah seindah aslinya. Foto akan selalu dipengaruhi oleh sudut pengambilan, cahaya, sudut pandang dan itu semua sering menipu mata kita sendiri

Alasan kedua, dan ini ilmiah sekali! Suara kita terdengar lewat dua cara. Pertama lewat gelombang suara yang ditangkap gendang telinga yang cenderung memiliki nada tinggi. Kedua lewat getaran di dalam tempurung kepala yang ditangkap dengan nada yang cenderung terdengar rendah atau ngebas! Tapi ketika kita mendengar rekaman suara kita sendiri, yang terdengar hanya suara nada tinggi itu dan itu sering ditafsirkan sebagai cempreng!
Seorang teman yang kebetulan adalah Komunitas Voice Over, Dubber dan Announcer Indonesia (KVDAI) pernah bilang begini:
“Tidak ada suara yang jelek! Yang ada hanyalah suara yang tidak terlatih!“
Arief Budiman, Presiden KVDAI
Bagaimana melatih suara? Paling sederhana adalah dua hal berikut ini:
a. Intonasi: Nada suara tinggi atau rendah, pelan atau cepat.
b. Artikulasi: Pengucapan kalimat yang harus jelas.
Kedua hal tersebut sebenarnya sudah sering kita latih di keseharian. Wahai para emak, mari kita coba praktekkan kedua hal itu, misalnya saat bicara kepada anak yang malas makan atau kepada si babeh yang baru beli Play Station 5 Rasanya otomatis langsung intonasi dan artikulasi akan terbentuk sendiri, karena kita ingin pesan kita ditangkap.
“Adek, ingat ya. Kalau kamu malas makan, nanti sakit loh. Kalau sakit, nggak bisa jalan-jalan ke Dufan, kan?”
“Oh gitu ya.. Harga Play Station 5 cuma satu juta ya. Dipikirnya Mamah gak tau harga, apa?”
~~~
2. PODCAST ITU PERLU ALAT
“Podcast itu perlu alat. Mahal, tau! Mikrofon aja udah berapa? Belum mixer. Belum studio kedap suara!”
Ini betul sekali! Sangat betul! Ada yang pernah dengar atau nonton podcastnya Om Deddy Corbuzier? Mari kita lihat harga alat yang kelihatan di gambar ini saja ya

Headphone yang dipakai itu adalah Audio Technica ATH-M50x yang harganya Rp.2 juta. Mikrofonnya adalah Shure SM7B yang rata-rata harganya mencapai Rp. 7 juta. Mic-standnya sepertinya adalah Rode PSA1 yang harganya Rp.1.5 juta. Jadi total yang kelihatan di gambar itu saja sudah 10.5 juta. Kalikan dengan jumlah tamunya. Itu belum termasuk audio mixer dan komputernya ya.
Masih mau bikin podcast?
Tunggu! Jangan langsung mengambil kesimpulan sebelum kita lanjut dengan yang satu ini.
Oke, sekarang mari kita lihat satu contoh podcaster lain. Dia ini salah satu podcaster ekslusif dari Spotify, salah satu platform streaming musik dan podcast terbesar di dunia.

Podcast Rintik Sedu Selalu ada di peringkat-peringkat atas podcast yang paling banyak pendengarnya di Spotify. Nah, alat apa yang dia pakai? Kalau didengarkan dari ciri suara dan musik yang dia pakai, Mbak Rintik Sedu ini modalnya cuma ponsel dan aplikasi yang namanya Anchor! Berapa sih harga ponsel sekarang? Silakan hitung sendiri deh. Yang di kisaran sedang saja harganya bisa jadi belum menyamai harga satu mikrofonnya Om Deddy
Masih mau bikin podcast?
~~~
3. PODCAST ITU RIBET!
“Podcast itu kan ribet. Harus direkam di ruang kedap suara, terus edit, masukin wawancara, masukin musik, sound effect… Ah, pokoknya ribet! Enakan nulis deh. Tinggal ketik, publish, beres!”
Betul sekali!!! Idealnya podcast memang harus punya semua unsur itu. Ada musik pembuka, di edit yang rapi, kalau perlu ada sound effect dll. Biar lebih menarik, toh?
Tapi coba lihat lagi poin kedua tadi, yang cerita tentang Mbak Rintik sedu, podcaster top Indonesia sekarang. Dia rekamnya pakai ponsel dan aplikasi kok. Ada musik pembuka dan musik latarnya juga, kan?
Begini saja. Coba ambil ponsel yang rasanya nyaris selalu ada di tangan kita itu, download dan install aplikasi yang namanya Anchor** di PlayStore atau AppStore, registrasi terus langsung coba rekam dan upload.

**Disclaimer: saya bukan promosi aplikasi Anchor atau Spotify. Tapi rasanya belum ada aplikasi yang selengkap itu saat ini. Jadi, mau gimana lagi?
~~~
4. PODCAST ITU BELUM BISA DIDUITIN!
“Podcast itu belum bisa diduitin, dicuanin! Kalau blog kan bisa jadi buzzer atau influencer, dapat duit kan?”
Betul!
Ambil contoh podcast di Anchor atau Spotify yang rasanya masih merupakan platform podcast nomor satu di Indonesia saat ini! Di Indonesia mereka belum punya sistem monetisasi seperti halnya Youtube. Namun sistem itu sudah ada di tempat kelahirannya di Amerika. Melihat jumlah channel podcast Anchor di Indonesia yang terbanyak ke 3 di dunia, bukan tidak mungkin suatu saat sistem itu akan masuk. Sabarlah!
Masih mau punya podcast?
Di blog memang banyak kan cara untuk mendatangkan cuan? Bisa pasang ad-sense di blog, atau jadi buzzer dan influencer yang rajin memberikan testimoni produk dan lain sebagainya.
Namun di podcast pun banyak cara untuk mendatangkan cuan. Berikut ini contoh hasil survei tahun lalu di Amerika terhadap sejumlah cara yang dipakai para podcaster untuk menghasilkan uang.

Saat ini di Indonesia sendiri sudah banyak podcaster yang mendapatkan penghasilan dari podcastnya, baik dengan mengiklankan produk dari brand atau sekadar menjadikan podcastnya sebagai portfolio keahliannya yang secara tidak langsung menghasilkan juga.
Masih mau jadi podcaster?
~~~
5. SAYA KAN BLOGGER!
“Sori deh. Saya kan sudah lama jadi blogger. Sudah tahunan, loh. Ngapain pindah jadi podcaster? Lagian saya lebih nyaman menulis. Blog saya juga sudah mendatangkan penghasilan juga kok”
Bagus dong! Konsistensi itu penting bagi para konten kreator!
Tapi bagaimana kalau saya bilang podcast itu bisa melengkapi blog kalian?
Nah, sekarang bayangkan artikel-artikel blog kalian bukan hanya berisikan tulisan-tulisan yang memang sudah keren itu, tapi juga ada versi audionya. Jadi orang yang tidak sempat membaca artikel-artikel blognya, bisa mendengarkan audionya, kan? Pembaca blog kita bisa tetap mengkonsumsi tulisan-tulisan kita sambil beraktifitas, entah sedang mengemudi, sedang kerja, sedang berolahraga, atau sedang masak. Bukankah itu menjadi nilai tambah bagi blog kalian?
Mau nilai tambah lain? Yang paling sederhana begini saja. Coba download aplikasi podcast di ponsel, lalu cari artikel-artikel blog lama kalian, rekam dan bacakan, lalu publish. Setelah itu tinggal pasang di bawah artikel kalian, lengkap dengan playernya. Keuntungannya, blog kalian jadi lebih kaya fitur dan artikel-artikel lama itu bisa kembali terekspose ke audience.
Come on. Coba aja dulu. Kalau nggak nyaman tinggal hapus. Gratis ini kok.
Oya, buat yang sedang mengakses tulisan ini di website, tidak sempat melanjutkan baca artikel ini karena terlalu panjang dan karena terpotong kesibukan pekerjaan, atau lagi di jalan, atau anak minta ditemani tidur, atau sudah waktunya masak, artikel di blog ini juga tersedia dalam bentuk audio kok. Tinggal pasang headphone dan klik player di bawah ya lalu lanjutkan beraktifitas.
~~~
Nah, dari 5 poin yang saya ceritakan tadi, silakan teman-teman memutuskan sendiri apakah podcast memang cocok untuk kalian atau tidak.
Kalau tertarik, mari kita bicara!
.
Bangkok, 16 Januari 2021
Rane
Obrolan Menjelang Siang di Pelataran Ruko Kosong

"Abang punya kartu BPJS?" tanyanya ngagetin.
"Sabar udah jadi darah daging saya bang, jangan ngajarin masalah sabar ke orang seperti saya! Kalo saya gak sabar, sudah saya ambil parang di dapur, saya rampok bank di depan kita itu!!," ketusnya.
Angry Birds Blues: Tontonan Baru Yang Tidak Membosankan
![]() |
Sumber Gambar: Cartoongoodies. |
Angry Birds Blues: Tontonan Baru Yang Tidak Membosankan. Mungkin Youtube merasa kasihan pada saya. Mungkin. Lingkaran setan tontonan malam masih berputar pada yang itu-itu juga. Upin-Ipin, Larva, Zig and Sharko, Oggy and the Cockroaches, Shaun the Sheep, sampai kadal gurun Oscar's Oasis. Yang herannya kalau saya ketiduran, pas bangun, tahu-tahu layar telepon genggam malah menayangkan gamers lagi streaming nge-game. Uwuuu. Beruntunglah dia. Anyhoo, rasa kasihan itu kali ya yang membikin Youtube kemudian merekomendasikan video menarik yang satu ini. Terpampang nyata di time line Youtube. Video yang sukses membikin saya terbahak-bahak pada suatu malam, dan pada malam-malam berikutnya, meskipun menonton video yang sama berulang kali. Ya, Angry Birds Blues menjadi tontonan baru yang tidak membosankan.
Baca Juga: Corona Membikin Saya Teringat Sama Filem-Filem Ini
Untuk sesuatu yang sudah menghibur, menurut saya pribadi, adalah lumrah kalau saya berbagi dengan kalian semua tentang tontonan baru yang satu ini. Jadi, mari kita cari tahu tentang Angry Birds Blues.
Angry Birds Blues
Bersumber pada Wikipedia, Angry Birds Blues adalah serial televisi animasi komputer Finlandia yang dibintangi oleh the Blues (Jay, Jake, dan Jim) dan Hatchling yang muncul di The Angry Birds Movie. Dianimasikan dengan gaya yang sama dengan filmnya, film ini diproduksi oleh Rovio Entertainment bersama dengan perusahaan afiliasinya Kaiken Entertainment, dengan Bardel Entertainment menyediakan animasinya. Serial ini ditayangkan perdana pada 10 Maret 2017 di saluran Toons.TV, sebelum melanjutkan di saluran YouTube resmi Angry Birds setelah Toons.TV ditutup.
Triplet
Karakter utama Angry Birds Blues adalah triplet atau kembar tiga anak burung. Saya menulis anak burung, karena mereka belum bisa dikatakan remaja apalagi dewasa. Mereka tidak seperti Private, Kowalski, Skipper, dan Rico dari The Madagascar Penguins. Dunia mereka adalah dunia anak-anak yang nakal, pintar, dan selalu punya rencana (entah rencananya berhasil atau tidak). Kembali lagi pada triplet itu, ketiganya benar-benar identik kayak Upin dan Ipin, dengan bulu biru menggemaskan. Jadi, apa yang menjadi pembeda? Warna mata! Jake, Jay, dan Jim dibedakan oleh warna mata mereka. Dikatakan Jay memiliki iris biru, Jake memiliki iris hijau, dan Jim memiliki iris cokelat. Jay adalah pemimpin The Blues. The Blues disuarakan oleh Heljä Heikkinen, Vilppu Uusitalo dan Vertti Uusitalo dalam seri ini. Jay adalah pemimpin blues dan akan disuarakan oleh JoJo Siwa di The Angry Birds Movie 2.
Kocak dan Konyol Tiada Batas
Ada 30 (tiga puluh) epidose berdurasi pendek dari Angry Birds Blues Season 1. Meskipun tidak nampak di setiap episode, tapi setiap kali mereka memesan barang dari katalog, maka jasa pengiriman paket bernama Mighty Eagle Express. Dikirim sekedip mata, kotak kayu jatuh dari angkasa, brung. Seperti main sulap. Hahaha. Namanya juga kartun kan ya. Semua episodenya kocak dan konyol tiada batas. Tapi ada dua yang bikin saya terbahak-bahak bahkan setelah saya berada di kantor. Judulnya Trampoline Rescue dan On Target. Coba deh kalian menonton dua episode ini. Saya sangat merekomendasikan Angry Birds Blues pada kalian, terutama ditonton setelah pulang ke rumah, sedang bersantai melepas penat.
Baca Juga: Pariwisata Nusantara
Dan kita tiba pada pertanyaan: mengapa saya sangat menyukai kartun? Orang-orang bahkan pernah melabeli saya: terlambat puber. Entahlah. Sejak dulu saya suka menonton kartun. RCTI pernah menayangkan kartun berbeda secara maraton di Minggu pagi hingga siang. Anak 90-an pasti tahu. Bagi saya kartun bukan sekadar tontonan bocah semata. Kartun, kalau kita jeli, menyelip pesan-pesan yang ditugaskan pada orangtua untuk mengurainya. Makanya kalau bocah menonton kartun bareng orangtua, saya rasa itu bagus, karena orangtua dapat menjelaskan ini itu ... apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh kartun yang ditonton bareng itu.
Well, selamat menikmati akhir minggu :)
Have fun!
Cheers.