Arsip Bulanan: Oktober 2019
JODOHKU
Foto by: Salman Faris |
Tapi aaah sudahlah… bodo amat deh, godaan hot crème brulle ini lebih besar dibandingkan rasa malu. Karena masih penasaran, sedikit demi sedikit gue suap Hot Crème Brulle menggunakan sendok ke ujung lidah.
5 Catatan Penting Saat Saya Berkunjung ke Air Panas Soa
Baca Juga: 5 Rencana Kegiatan Keren Menuju 40 Tahun Uniflor
1. Jalur Dari Timur yang Bagus
Menuju Air Panas Soa ada dua jalur yang bisa ditempuh. Karena kami datang dari Timur, jalur yang ditempuh adalah Ende - Boawae - Soa. Untuk tiba di obyek wisata ini kami tidak perlu memutar dan/atau pergi terlebih dahulu ke Kota Bajawa yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Ngada. Cukup ke Kecamatan Boawae yang merupakan salah satu kecamatan dari Kabupaten Nagekeo, lantas mengikuti jalur, jalan aspal selebar sekitar dua meter, menuju Desa Piga, Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada.
Jalur Boawae - Soa ini sangat bagus: jalan aspal dan minim lubang. Tidak terlalu lebar, memang, tapi sepadan dengan kendaraan yang juga tidak seberapa ramai. Berasa seperti jalur/jalan privat. Akan sangat jauh berbeda jika mengikuti jalur utama Trans Flores: Boawae - Bajawa, silahkan berlomba-lomba dengan aneka kendaraan mulai dari sepeda motor, mobil, truk, fuso, tanki minyak, dan lain sebagainya.
2. Entrance dan Parkiran yang Tertata Rapi
Saya suka entrance dan parkiran Air Panas Soa. Parkirannya tertata rapi, dengan pohon-pohon rindang menaungi pengunjung bersantai sejenak, disertai baliho dengan gambar informasi tentang obyek-obyek wisata yang ada di Kabupaten Ngada.
Rata-rata obyek wisata yang ada di baliho itu merupakan obyek wisata 'baru' sehingga jangan cari Kampung Adat Bena, kemungkinan tidak ada. Justru yang ada adalah Watunariwowo di Perbukitan Langa.
3. Jejeran Kios
Ini yang cukup penting dari suatu tempat wisata, terutama jika tempat wisatanya sangat jauh dari daerah perkotaan.
Jejeran kios ini sangat membantu pengunjung dari jauh, seperti kami, yang mengendarai sepeda motor. Maklum, cuaca sedang sangat panas-panasnya. Kalau melihat foto di atas, kalian akan melihat papan informasi karcis masuk. Tidak hanya di situ, di loket pembelian/pembayaran karcis pun ada kertas yang ditempel, kertas itu berisi informasi tentang karcis juga.
4. Pemetaan Lokasi di Dalam Air Panas Soa
Ini keren. Jadi, pemerintah tahu banget soal kebutuhan masyarakat atau pengunjung. Di dalam lokasi Air Panas Soa ada tiga pemetaan utama. Pertama: gazebo. Kedua: taman bunga dan taman buah. Tiga: tempat berendam/pemandian. Ketiganya dihubungkan dengan jalan setapak yang cukup rapi. Tetapi hari itu sedang ada pengerjaan/perbaikan sehingga kami harus memutar ke sana sini hehe.
Selain itu, disediakan pula kamar mandi tempat menyalin pakaian. Maklum, kami masih sangat teguh memegang adat ketimuran sehingga sangat sulit bagi kami memamerkan bodi dengan memakai bikini. Haha. Rata-rata orang yang berendam di Air Panas Soa, kalau lelaki mengenakan celana pendek, kalau perempuan mengenakan kaos dan celana pendek. Kalau yang berhijab tinggak disesuaikan saja. Yang jelas, semua masih sangat sopan untuk sebuah tempat pemandian umum seperti itu. Ingat, ngeres itu datangnya dari diri sendiri *ngikik*. Tempat menyalin baju di mana lagi kalau bukan di kamar mandi?
5. Memegang Adat
Di Air Panas Soa, bagian dekat loket penyerahan karcis masuk, berdiri gagah ngadu.
Itu dia lima catatan penting saya saat berkunjung ke Ae Sale Mengeruda atau Air Panas Soa. Jelas ya, tempat wisata ini dikelola dengan sangat baik, semuanya serba teratur, jadi malu juga untuk buang sampah sembarangan. Hehe. Tempat sampah ada di mana-mana, makanya kesannya bersih sekali obyek wisata ini. Semua sama-sama menjaganya.
\
Baca Juga: 5 Jenis Tenun Ikat dari Provinsi Nusa Tenggara Timur
Yang jelas, kalau kalian pergi ke Air Panas Soa melewati jalur dari Timur, jangan lupa untuk mampir foto-foto di perbukitannya yang ausam! Informasi lengkap tentang perjalanan saya, Thika, dan Yusti ke Air Panas Soa, bisa kalian baca di pos berjudul Merendam Kaki di Obyek Wisata Ae Sale Mengeruda.
Yuk ah ...
#KamisLima
Cheers.
S0403: Bersuara di Podcast
Bagaimana sih teknik bersuara yang baik buat podcast? Kita akan coba kupas habis di episode kali ini, mulai dari faktor eksternal yang bisa membantu agar suara kita terdengar lebih baik dan yang paling penting bisa dipahami oleh pendengar, hingga ke faktor internal yaitu bagaimana si podcaster sendiri mengolah suaranya. Episode ini khususnya dipersembahkan buat teman-teman yang sering mengajukan berbagai pertanyaan soal mengolah suara dan jawabannya coba dirangkum di sini. Maaf ya tertunda agak lama. Semoga bermanfaat.
Panduan Episode Ini:
Episode ini dibagi menjadi beberapa bagian:
1. Faktor Eksternal | Menit ke 02:41 |
a. Lokasi tempat rekaman yang ideal – Mengulas soal faktor-faktor apa saja dari sisi lokasi yang mempengaruhi kejelasan hasil rekaman suara kita. Ada tiga checklist yang akan kita bahas di sini.
b. Mikrofon dan pengaruhnya buat kualitas suara – Kenali macam-macam mikrofon dan kegunaannya dalam memaksimalkan kualitas suara
c. Tes 1.. 2.. 3.. – Pentingnya melakukan tes sebelum rekaman
2. Faktor Internal | Menit ke 15:32|
a. Kenapa suara kita terdengar aneh saat direkam? – Jawaban singkatnya: memang! Tapi kenapa? Ada checklist di bagian ini mungkin bisa membantu
b. Tiga tips buat latihan mengolah suara.
3. Suara Diafragma | Menit ke 26:04 |
Apa itu suara diafragma? Bagaimana mengenali dan melatihnya? – Ingat, di episode ini tujuan mengenali suara diafragma lebih dari sekedar menghasilkan suara yang “keren” tapi yang paling penting adalah jelas dan bisa dipahami!
4. Bagaimana mengurangi banyak “Mmmm..” di rekaman? | Menit ke 30:40|
Jawaban singkat: Emang kenapa dengan “Mmmm..” Jawaban lengkapnya dengarkan di bagian ini.
Suarane Podcast episode ini juga bisa didengarkan di Soundcloud atau bisa dicari di berbagai aplikasi podcast lainnya seperti Spotify, Apple Podcast, Google Podcast, Breaker, Castbox, Aplikasi Dengar Radio dll. dengan kata kunci pencarian: “suarane.”
Credits:
- Musik yang dipakai di episode ini adalah “Loopster” karya Kevin MacLeod (incompetech.com). Licensed under Creative Commons: By Attribution 3.0 License
Konsep DIY Dari Brand-Brand Baru Wirausahawan Muda Ende
Baca Juga: Ini Dia Dompet Alat Tulis Cantik Berbahan Kain Flanel
Sebelumnya, sekitar satu bulan, telah diselenggarakan kegiatan Kewirausahaan Pemuda Berkelanjutan kerja sama E.thical, Ricolto, Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknologi Informasi Uniflor. Pesertanya berjumlah (24) dua puluh empat orang. 8 (delapan) peserta berasal dari Fakultas Teknologi Informasi Universitas Flores (Uniflor), 5 (lima) peserta berasal dari Fakultas Pertanian Uniflor, sedangkan 11 (sebelas) peserta lainnya merupakan anak muda kreatif dan berdaya juang tinggi yang berasal dari berbagai daerah di Kabupaten Ende. Satu bulan kegiatan dengan berbagai bekal ilmu tersebut telah membentuk karakter wirausaha di dalam diri mereka. Sesuatu yang menurut saya supa amazing, apabila melihat output-nya.
Pasar E.thical
Hasil penggemblengan dua puluh empat peserta tersebut kemudian digelar pada Hari Sumpah Pemuda dengan tiga mata acara yaitu Presentasi Proposal, Pasar E.thical, dan Talkshow. Presentasi Proposal dilaksanakan di Aula Lantai II Kantor Bupati Ende, dimulai pukul 13.00 Wita, dimana masing-masing peserta diberi waktu sekitar tiga hingga lima menit untuk memperkenalkan brand dan produk mereka. Pukul 16.00 Wita, kegiatan dilanjutkan dengan Pasar E.thical dan Talkshow yang disiarkan secara langsung oleh RRI Ende.
Ethical Market Day atau Pasar Ethical merupakan pasar yang memamerkan hasil karya dua puluh empat peserta Kewirausahaan Pemuda Berkelanjutan dalam sembilan belas brand, yang sebelumnya telah memperoleh ilmu dan bekal untuk berwirausaha oleh tim dari Ethical yang bekerjasama dengan Rikolto, Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknologi Informasi Uniflor. Pada pasar itu berdiri stan-stan tempat peserta memperkenalkan usaha dan/atau brand, memamerkan produk, serta menjual produk mereka. Setiap stan dilengkapi dengan profil singkat wirausahawan/i muda tersebut serta nama serta penjelasan produk yang diproduksi. Selain itu juga hadir stan dari Lepa Lio Cafe asal Remaja Mandiri Community Detusoko.
Natalia Mudamakin, salah seorang mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi, merupakan wirausahawati muda yang mendirikan brand Palapa Rasa dengan motivasi kuat untuk menyediakan tempat bagi anak muda Ende untuk bekerja dan berdaya. Palapa Rasa merupakan brand snack buah organik khas pertama di Kabupaten Ende yang mengangkat cita rasa kuliner khas Flores. Natalia Mudamakin dengan brand Palapa Rasa meraih Juara 3 Ethical Entrepreneur Ende.
Elok merupakan brand yang dibikin oleh alumni Uniflor dari Fakultas Bahasa dan Sastra yaitu Cahyadi, yang melihat potensi dari lahan tidur terlantar di pekarangan rumah tangga-rumah tangga di Kota Ende. Melalui Elok, Cahyadi berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat lokal dan lahan tidur secara optimal demi terciptanya kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan. Sebagai bahan makanan alternatif rendah gula, Elok yang berbahan sorgum merupakan pilihan alternatif yang terjangkau, dan merupakan pilihan tepat penderita diabetes dan bagi siapa saja yang mencari alternatif karbohidrat sehat. Cahyadi dengan brand Elok meraih Juara 2 Ethical Entrepreneur Ende.
Ine Lawo merupakan brand usaha yang dibentuk oleh Karolina Dua Oga dan mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Maria Yasinta Mau Rema dengan motivasi untuk mencegah punahnya keterampilan menenun. Visi Ine Lawo adalah melihat regenerasi pengrajin tenun muda di Kabupaten Ende. Fashion tenun moderen yang membangkitkan kecintaan pada budaya Ende, Ine Lawo memanfaatkan kain sisa tenun menjadi busana moderen untuk membangkitkan kembali kecintaan pada tradisi dan budaya menenun. Karolina Dua Oga dan Maria Yasinta Mau Rema dengan brand Ine Lawo meraih Juara 1 Ethical Entrepreneur Ende.
Pasar Ethical dikunjungi oleh masyarakat umum Kabupaten Ende yang tertarik dengan inovasi yang dilakukan oleh para wirausahawan/i muda Ende tersebut, salah satunya yang baru saja membuka usaha kafe Sahabat Kopi. Selain Elok, Ine Lawo, dan Palapa Rasa, brand lainnya antara lain Tamiimah, FloCo., Frame Culture, Famous De Flores, Poly Deli, Pemuda Berdikari, Teka Uta, Oster, Plastic Reduce Initiative, Daur Ulang Kreatif, Rae Chili Flores, Ende Creative Millenials, Able, Ecodes, Ecocamp, dan Briona Flower.
Pada acara Talkshow yang dimoderatori oleh Kakak Rossa Domingga dengan narasumber dua diantaranya Nando Watu dan Karolus Naga, saya mendengar kalimat inspirasi yaitu 3C: Content, Colaborate, Community. Artinya seorang wirausahawan/i harus mampu menyiapkan kontennya sendiri, tapi harus mampu pula berkolaborasi dan berkomunitas. Kolaborasi sebagai daya dongkrak brand, komunitas agar brand lebih banyak dikenal (seperti efek domino). Bahkan diberikan pula contoh dari ranah Youtube oleh para Youtuber.
Sebelum Talkshow pun saya sudah paham betul bahwa berbisnis butuh 3C itu. Dan perkara 3C saya temukan pada salah satu brand baru yaitu FloCo. Dua anak muda ini yaitu Petronela Ina dan Diana Segu memilih brand bernama FloCo. sebagai brand cokelat batang organik pertama di Ende yang menggunakan 100% bahan alami. Diolah dari biji cokelat pilihan, FloCo. adalah pilihan oleh-oleh yang tepat untuk para wisatawan baik domestik maupun internasional. Tujuan mereka mendirikan FloCo. adalah memutus tengkulak dengan meningkatkan kesejahteraan petani kakao.
Yang menarik dari FloCo. justru pada kemasannya yaitu sejenis wati yang cantik dengan tutupan. Kemasan ini dibikin oleh keluarga mereka. Ini salah satu contoh kolaborasi yang baik. Satu produk, tapi ada dua keuntungan yang diperoleh oleh pembeli kelak (karena yang dipamerkan kemarin masih prototype). Saya bilang pada mereka, "Cokelat itu biasa, di mana-mana ada, dan mungkin orang juga bakal memburu cokelat ini sebagai oleh-oleh. Tapi kalau melihat dari sisi oleh-olehnya, tentu kemasannya ini yang diburu." Iya, konten mereka adalah cokelat, kolaborasi mereka dengan pihak lain adalah kemasannya. Komunitas? Mereka sudah tergabung dalam komunitas wirausahawan muda tersebut, bersama 22 peserta lainnya. Supa amazing!
Konsep DIY
Ini keutamaan yang mau dibahas. Ketika tidak ada sesuatu yang memuaskan keinginan, maka harus bisa membikinnya sendiri. Pasar E.thical mengenyangkan jiwa DIY (Do It Yourself) saya. Rata-rata hampir semuanya memang berkonsep DIY.
Elok dari Cahyadi menggunakan wati serta kantong serut untuk mengisi sorgum sebagai produk andalannya. Saya sangat menyukai kantong serut yang dijahit sendiri oleh Cahyadi, atau oleh Mamanya. Terlihat unik karena tali serutnya menggunakan bahan goni. Kemudian, Cahyadi memberikan saya satu kantong serut ini:
Ine Lawo, saya setuju mereka jawara, membikin produk DIY dari kain tenun sisa. Kalau boleh saya bilang: Ine Lawo itu 100% DIY. Kain tenun sisa ini bisa diminta di penjahit. Tapi bisa juga sih meyiapkan kain tenun khusus untuk dikreasikan ini itu. Kain tenun sisa tidak saja diaplikasikan pada pakaian, seperti celana jin sobek yang ditambal tenunan atau kemeja, tapi mereka juga membikin aneka asesoris seperti bandana, anting-anting, kalung, dan lain sebagainya. Seperti foto di bawah ini, salah satu hasil DIY-nya Ine Lawo:
Dari brand Daur Ulang Kreatif (atau Plastic Reduce Initiative, saya lupa) saya menemukan tas daur ulang seperti pada foto di bawah ini:
Bagaimana tali rafia dibikin tas seperti foto di atas, itu adalah ketekunan, keuletan, dan daya kreativitas yang luar biasa!
Masih banyak barang DIY yang saya temui kemarin di Pasar E.thical. Selain wati sebagai kemasan cokelat FloCo., ada pula tas-tas kertas DIY yang ditempeli brand/logo, yang pastinya dibikin sendiri sama para wirausahawan muda Ende tersebut. Selain itu, kalau kalian melihat foto di awal pos, itu dari Frame Culture! Dia membikin frame dan aneka asesoris yang biasa dipakai orang-orang buat menghasilkan foto yang instagenic. Frame-nya jelas dibalut kain tenun ikat.
Dari semua yang ditulis di atas, saya jadi ingat sama diri sendiri, yang meraup keuntungan belipat ganda hanya dengan mendaur ulang sampah. Brand saya waktu itu Rumah Kreatif Tuteh. Aneka produk sudah saya bikin, baik karena pengen bikin, maupun karena dipesan sama pelanggan *duhaaaiii, pelanggan* hehe. Tapi karena tuntutan pekerjaan lain yang membutuhkan skala prioritas, karena saya juga punya pekerjaan utama, usaha itu tidak saya teruskan. Padahal keuntungannya supa amazing. Karena kegemaran ber-DIY-ria itulah maka setiap Rabu tema pos ini adalah DIY. Hehe.
Bagaimana, kawan? Suka kan sama pos kali ini? Menambah informasi sekaligus cuci mata sama foto-fotonya *kedib*, karena saya sendiri juga suka sama foto-foto yang cuma dijepret menggunakan telepon genggam tersebut. Salah satu foto memang saya minta pada David Mossar, karena saya lupa memotret stan-nya Cahyadi. Dan satu foto dijepret oleh Om Ihsan Dato.
Semoga para peserta dapat melanjutkan apa yang sudah mereka rintis pada Hari Sumpah Pemuda tersebut.
Mari kita dukung!
#RabuDIY
Cheers.
Kunjungan Nuge City Tour ke Rumah Pelangi Bekasi

Menyambut Rombongan Nuge City Tour ke Rumah Pelangi Bekasi
Di depan gapura Rumah Pelangi, dua barisan yang masing-masing terdiri dari 10 orang adik-adik Rungi berdiri saling berhadapan dan bersahutan berbalas pantun lalu kemudian menyanyikan lagu sambutan bersama-sama. Riuh rendah suara tawa dan teriakan ceria adik-adik inilah yang mengundang beberapa warga untuk datang.Rombongan tur kota datang dan ikut bernyanyi, lalu saling bersalaman dan berkenalan singkat untuk kemudian masuk ke Rumah Pelangi untuk memulai Fun Games yang akan dibawakan oleh kakak-kakak dari NUGE. Bunda Naomi Tobing dari Marketing Division PT Nuge Anugrah Indonesia yang memimpin rombongan tampak antusias menyalami semua adik-adik dan cepat berbaur bersama dalam sesi Fun Games dalam ruangan kelas Rumah Pelangi. Tampak pula dalam rombongan Imam Pesuwaryantoro inisiator nyanyur.id dan Mbak Nia Julpiah sekretaris PT Nuge.

Sebelumnya, Diana dan rekan korlasnya beberapa kali mengubah skenario penyambutan sesuai dengan ide yang berkembang dan masukan-masukan dari adik-adik serta orangtua dan warga yang ingin melihat kegiatan di Rumah Pelangi.
Muhaidin Darma selaku inisiator TBM Rumah Pelangi mengaku tidak ada persiapan khusus buat adik-adik baik dari segi pakaian dan lain-lain, latihan penyambutan pun baru dilakukan pada saat itu.
"Untuk adik-adik kami kondisikan agar mereka berani tampil apa adanya, ini baik untuk rasa percaya diri mereka agar mereka berani tampil dengan mengedepankan kreativitas dan kebersamaan."
Bermain dan Belajar
Tidak butuh waktu lama, adik-adik Rumah Pelangi dengan cepat beradaptasi dan beraktivitas bersama rombongan wisata kota yang diselenggarakan oleh PT Nuge Anugrah Indonesia dan Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bekasi ini. Sesi Fun Games dan tanya jawab berlangsung cepat,
Baik kegiatan dalam ruang dan luar ruang sarat dengan spontanitas yang menghibur, proses belajar dan bermain lancar hingga acara selesai. belajar dan bermain bersama warga negara asing dalam keceriaan. Tentunya ini menjadi sebuah pengalaman yang berkesan buat adik-adik di Rumah Pelangi.

Menurut Fahreza Anugrah Putra, Direktur PT Nuge Anugrah Indonesia, TBM Rumah Pelangi Bekasi menjadi destinasi tur kota karena sejalan dengan salah satu misi Community Development PT Nuge Anugrah Indonesia yaitu membangun kesadaran tentang perlunya memberikan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan.
Menurutnya, Taman Baca Masyarakat Rumah Pelangi Bekasi merupakan sebuah tempat yang dapat menjadi bagian dalam pembentukan pendidikan karakteristik kepada anak usia dini, sehingga membantu pertumbuhan dan perkembangan proses belajar anak.
"Oleh karena itu, Nuge ingin menjadi bagian dari proses pendidikan karakter tersebut, sehingga dapat menyesuaikan kebutuhan dan kondisi masing-masing anak dengan menanamkan nilai-nilai intelektual, emosional dan sosial," ungkap finalis Abang Mpok Kabupaten Bekasi tahun 2011 ini.

Ridwan Maliki, salah seorang relawan TBM Rumah Pelangi sebelum acara berlangsung sudah merasa yakin acara tersebut akan berjalan lancar.
Taman Bacaan Masyarakat Rumah Pelangi (Rungi) adalah Perpustakaan Umum, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan Wadah Pembelajaran Kreatif Warga terletak di Kp Babakan Kali Bedah Desa Sukamekar RT 001 / 011 , Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Website: https://www.pelangibekasi.com
Instagram: https://www.instagram.com/rumahpelangibekasi
Facebook: https://www.facebook.com/rumahpelangibekasi
Inilah Cara Keren Saya Merayakan Hari Blogger Nasional
Baca Juga: Menambah Akun Pada Satu Aplikasi Instagram di Android
Mengenal dan Membikin Blog
Hari Blogger Nasional
Baca Juga: Proshow Aplikasi Sunting Video Jadul Tapi Menarik Diulik
Dari Kuliah Umum Sampai My Best Friend’s Wedding
Baca Juga: Antara Saya, Trans Flores, dan Festival Daging Domba
Kuliah Umum Menyambut Panca Windu Uniflor
Kuliah umum merupakan salah satu kegiatan awal, pre-event, Panca Windu Uniflor. Kuliah umum tersebut bertema: Membangun Potensi Diri Sebagai Mediator Budaya "Mengawal Ideologi, Melawan Radikalisme" Pancasila dari Ende untuk Nusantara. Tema yang menarik. Tapi yang lebih menarik adalah Pemateri Utama yaitu Bapak Dr. Refly Harun, S.H., M.H., I.L.M. yang dikenal sebagai Pakar Hukum Tata Negara, Pemateri Pendamping yaitu Ibu Ana Maria Gadi Djou, S.H., M.Hum. yang adalah dosen Fakultas Hukum Uniflor, serta Moderator kece yaitu Gusti Adi Tetiro yang dikenal sebagai novelis dan jurnalis BeritaSatuTV.
Dalam sambutannya Rektor Uniflor mengatakan bahwa Kota Ende terletak di tengah Pulau Flores dengan cuaca yang sejuk, masyarakatnya secara sosiologis kondisinya sangat manis. Kota Ende semacam menjadi pertemuan budaya sedaratan Flores dan sampai saat ini tidak ada gejolak seperti yang terjadi di tempat lain. Di Kota Ende Pancasila dikandung. Konsep awalnya Pancasila ada di Kota Ende. Mungkin Bung Karno melihat betapa manisnya Orang Ende. Semoga Pancasila tetap menjadi dasar penyejuk semua Agama, RAS, dan Budaya di Indonesia, dan ini menjadi harapan besar Orang Ende. Lebih lanjut Rektor Uniflor mengatakan, "Pada momen panca windu kami ingin membulatkan tekad untuk mengawal Pancasila yang dikandung di Kota Ende ini. Maka kami mengundang Pak Refly Harun untuk memberi pemahaman kepada kami agar kejadian dan gejolak tidak menggerus nilai Pancasila yang dikandung di Ende ini karena dia adalah mutiara indah yang dikandung di Ende dan dipersembahkan untuk mempersatukan Nusantara."
Kegiatan kuliah umum sebagai pre-event panca windu Uniflor sungguh luar biasa!
Pertanyaannya: bagaimana saya yang memutuskan untuk menghadiri pernikahan sahabat baik saya tahu tentang kuliah umum ini, termasuk sambutan Rektor Uniflor? Jawabnya hanya satu: jaringan. Haha. Pokoknya jaringan mempermudah segalanya. Terima kasih Om Edwin. Selain itu, untuk kepentingan publikasi Uniflor sudah ada Kakak Rossa yang berbaik hati memberi ijin saya mendokumentasikan pernikahan Mila dan Aram, dan meliput sendirian di auditorium. Sungguh, saya dikelilingi oleh orang-orang sangat baik.
Yuk ah ... tepuk tangan yang meriah.
My Best Friend's Wedding
Mila adalah sahabat yang sudah saya anggap adek sendiri, kami mulai menjalin persahabatan sejak tahun 2011. Pernikahannya dengan Aram merupakan momen terbaik tahun ini yang saya tunggu-tunggu. Sudah dimulai dengan mengatur proses foto pre-wedding, hingga membikin video undangan online. Yang jelas, demi kepentingan Mila, malam sebelumnya Cahyadi sudah membantu mendokumentasikan Malam Deba, sedangkan Thika Pharmantara menghias tangannya dengan hena. Pada hari pernikahan pun saya siap bangun lebih awal, karena biasanya iler sudah banjir baru bangun, demi bisa mendokumentasikan proses ijab-kabul, soalnya Cahyadi harus mengikuti kegiatan lain bersama Ethical.
Adalah air mata haru ketika melihat Bapa Anwar Wolo menikahkan puteri semata wayangnya dengan lelaki pilihan. Mata saya berkaca-kaca melihatnya. Bapa dan Mama, tunai sudah tugas kalian untuk Mila. Kalian adalah orangtua saya juga, yang selalu bisa membikin saya lebih bersemangat menjalani hidup, hanya dengan melihat perilaku kalian yang mulia. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan berkatNya untuk Bapa dan Mama. Semoga panggilan ke Tanah Suci kelak dapat terwujud. Amin ... Amin ... Amin. Jangan lupa, sebut nama saya kalau ke Tanah Suci Mekah, ya. Haha. Siapa tahu menyusul. Menyusuk ke Tanah Suci, bukan menyusul Mila dan Aram melenggang ke pelaminan. Eh tapi kalau itu juga didoakan ... Amin!
Saya dan keluarga Wolo memang tidak berhubungan darah. Kami hanya didekatkan oleh persahabatan saya dan Mila, yang kemudian persahabatan saya dan Deni. Tapi bagi saya, persahabatan dapat berujung pada persaudaraan apabila kita mampu membawanya pada tahap itu. Persahabatan juga dapat berujung pada permusuhan apabila kita membawanya pada tahap itu. Intinya adalah, semua sahabat saya adalah saudara. Karena, saudara tidak musti di tubuh mengalir darah yang sama.
Baca Juga: Karena Setiap Manusia Pasti Tergelincir dan Berbuat Keliru
Well, untuk Mila dan Aram ... selamat yaaaaa.
Meskipun saya belum memperoleh materi dari Pak Refly secara keseluruhan, tetapi saya yakin nanti bisa memperolehnya dari Kakak Rossa, atau dari Ibu Emmi. Materinya pasti bagus sekali: tentang menjaga Pancasila yang sangat kita cintai. Tapi yang jelas, Sabtu kemarin itu saya sangat puas dengan apa yang sudah saya pilih dan lakukan. Karena, sekali lagi, saya harus bisa mengorbankan yang satu untuk dapat menunaikan yang lain.
#SeninCerita
#CeritaTuteh
Cheers.
Akan Me-review Tiga Buku Nutrisi Otak dan Makanan Jiwa
Adalah salah seorang teman Facebook, saya lupa siapa, yang mengepos sebuah foto buku berjudul Mendaki Tangga Yang Salah. Foto buku itu mengingatkan saya pada buku lain berjudul Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat. Kok bisa? Iya, karena sampulnya mirip. Kalau Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat bersampul oranye, maka Mendaki Tangga Yang Salah bersampul merah. Sekilas, sama-sama oranye. Itulah kerja otak manusia yang suka memiripkan sesuatu. Hehe *cubit otak sendiri*.
Lalu foto dari pos Facebook itu saya keep alias simpan, dan saya pos lagi di status WA dengan caption: pengen punya buku ini. Siapa sangka, status itu justru direspon sama Mami Ocha yang menulis: Mami sudah punya. Mau? Dengan cepat saya balas: mau leeeee. Kata Mami: Jum'at meluncur Ende. Tapi Jum'at siang harus diingatkan lagi. Kawan, kalau urusannya sama buku, tidak ada kata saya lupa, harus ingat dengan berbagai cara! Tidak lama berselang, Mami Ocha malah mengirim foto sebuah buku lain berjudul Bicara Itu Ada Seninya dengan pesan: Ini sudah punya?
Bisa kalian tebak, kawan. Pada akhirnya Mami Ocha menyiapkan tiga buah buku untuk saya.
1. Mendaki Tangga Yang Salah.
2. Bicara Itu Ada Seninya.
3. Seni Hidup Minimalis.
How lucky I am!
Oh ya, Mami Ocha ini adalah dosen Uniflor yang sedang mengenyam pendidikan S2 di Kota Surabaya.
Nah, pada foto sampul pos ini kalian melihat tiga buah buku bersama kotak mangga dan kotak buku lainnya. Mangga itu dikirim sama Noviea Azizah dari Kota Mbay. Kotak buku itu adalah kotak yang sama dengan tiga buku kiriman Mami Ocha, dan buku-buku lainnya itu adalah buku-buku yang akan disumbangkan untuk Rumah Baca Sao Moko Modhe. Kami memang sedang dalam tahap pengumpulan buku untuk rumah baca yang dibangun oleh mahasiswa KKN-PPM Uniflor di Desa Ngegedhawe, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo tersebut.
Baca Juga: Pembalasan Laut
Saat ini saya baru membaca buku berjudul Seni Hidup Minimalis. Bukan karena buku itu bersampul kuning, warna kecintaan saya, tetapi karena buku itu memang harus dilahap terlebih dahulu. Tetapi, tumpukan pekerjaan tambahan memang tidak bisa diabaikan. Sehingga bacanya pun baru beberapa lembar. Seperti apa isinya? Tunggulah setiap Sabtu di #SabtuReview!
Semoga dalam minggu ini bisa menyelesaikan salah satunya. Amin.
Terima kasih Mami Ocha, Pahlawan Intelektual saya. Tidak bisa saya balas kebaikan Mami. Sungguh. Bagi saya siapa pun yang memberikan buku untuk saya adalah Pahlawan Intelektual sejati.
#SabtuReview
Cheers.
#PDL Dari Gantung Sepatu Sampai Terjebak Debu
Baca Juga: #PDL Mengumpulkan Si Kuning
Gantung Sepatu
Terjebak Debu
Baca Juga: #PDL Menjadi Hakim Anggota