[[ This is a content summary only. Visit my website for full links, other content, and more! ]]
Arsip Bulanan: Mei 2017
#3 – Ide memang penting, namun eksekusi yang utama
Mari Makan Cokelat Lokal
Pilihan Menu Sahur Dan Berbuka Puasa Dari Fiva Food – Rajanya Rollade
- Irislah Bawang Putih dan cabai merah sampai halus
- Tumis Bawang Putih dan Cabai Merah sampai matang
- Masukan cabai hijau yang telah diiris sedang, tomat segar dan daun salam, tambahkan sedikit air dan kecap manis
- Masukan kornet ayam yang telah diiris seukuran dadu dan aduk rata
- Kemudian hidangan siap disajikan
#2 – Belajar Rendah Hati Dari Bu Susi Pudjiastuti
#1 – Keramas Saat Munggahan Di Bulan Ramadhan
FILM KING ARTHUR LEGEND OF THE SWORD : LEGENDA PEDANG SAKTI DAN KISAH KOLOSAL SANG PAHLAWAN
Ada begitu banyak film yang mengangkat tema Raja Arthur bersama pedang sakti Excaliburnya ini. Pada film King Arthur : Legend of the Sword, saya menyaksikan sebuah”cita rasa” yang berbeda. Pakem konvensional yang selama ini muncul dalam film-film King Arthur sebelumnya, mendapatkan sebuah sentuhan spesial dari Guy Ritchie (sutradara film The Man from U.N.C.L.E., 2015) dengan tafsir lebih “gaul”. Ya, Guy Ritchie membuat kisah mitologi Britania Raya dalam presentasi yang lebih progresif.
Dikisahkan King Arthur ( (Charlie Hunnam) yang dibesarkan di kompleks prostitusi mendadak mendapatkan perhatian besar setelah berhasil menarik pedang Excalibur yang tertancap diatas batu. Banyak pemuda sebayanya tak berhasil menarik keluar pedang fenomenal tersebut. Arthur sempat kebingungan karena selama ini yang ia tahu adalah ia dibesarkan dalam atmosfer keberingasan di sekitar lingkungan dan jalanan kota Londonium.
Uther Pendragon (Eric Bana), ayah Arthur memang memiliki ekspektasi tinggi pada sang anak yang dihanyutkannya ke sungai menjelang ajalnya tiba, saat kekuasaannya dirampas & dikhianati secara brutal oleh adik kandungnya sendiri, Vortigern (Jude Law). Ketika mengetahui kehadiran sosok Arthur, Vortigern tak tinggal diam dan berusaha menghalangi niat sang keponakan yang didukung oleh masyarakat luas untuk meraih kembali kekuasaan sang ayah.
Adegan-adegan dengan ritme cepat disertai parade efek spesial yang menawan mewarnai sepanjang film berdurasi 126 menit ini. Saya terkesan pada penggambaran karakter Arthur dari masa kecil hingga dewasa yang ditampilkan dengan peralihan dari gambar ke gambar secara memukau tanpa mengurangi esensi pesan yang disampaikan. Musik modern dengan sentuhan klasik serta humor ikut memperkaya film yang naskah ceritanya ditulis Ritchie bersama dengan Joby Harold (Awake, 2007) dan Lionel Wigram (The Man from U.N.C.L.E.) ini.
Eric Bana dan Jude Law tampil berkilau sebagai kakak beradik yang kharismatik namun salah satu dari mereka menyimpan nafsu kekuasaan yang tinggi. Pemeran Arthur, Charlie Hunnam, juga berusaha menghayati perannya dengan baik namun sayangnya saya melihat kurang optimal dan relatif kaku dalam memainkan emosinya termasuk menanggapi humor yang dilontarkan. Meskipun begitu, dengan sosok yang kekar dan tegap, Charlie memang sesuai memerankan karakter King Arthur yang fenomenal. Beruntung, para pemeran pendukung seperti Djimon Hounsou, Àstrid Bergès-Frisbey dan Aidan Gillen tampil tak mengecewakan.
Nuansa musik yang ditata oleh Hans Zimmer membuat film ini kian “bernyawa” terlebih ditambah dengan visualisasi kolosal efek 3 dimensi yang megah serta mengagumkan. Ya,film King Arthur Legend of the Sword memang salah satu pilihan film terbaik yang menghibur anda.
FILM MULTIVERSE : THE 13TH STEP : TENTANG DUNIA LAIN DAN MISTERI YANG MENYERTAINYA
Hari Rabu sore (24/5) saya bersama sejumlah rekan-rekan blogger Bekasi mendapat kesempatan berharga menonton film Multiverse:The 13th Step di XXI Mega Bekasi. Senang sekali bisa berjumpa kembali dengan mbak Mira Sahid, mbak Irma Senja, mbak Winda Krisnadafela, mbak Susi, mbak Lidya Fitrian dan tentu saja mbak Driana”Simbok Venus” yang mengajak kami semua berkumpul dalam moment tersebut.
Pukul 16.45 kami serentak memasuki studio 9 XXI Mega Bekasi. Adegan film Multiverse dibuka dengan awal yang menegangkan. Tentang sosok Diana (Olivia Jensen) yang mengalami halusinasi mengerikan di rumah yang ditinggalinya. Bayangan-bayangan bernuansa mistis membuatnya ketakutan. Kejadian tersebut bermuara pada hilangnya Diana secara misterius di gudang rumah. Sang ayah (Ari Wibowo) dan ibu (Olga Lidya) panik dan mencari si putri bungsu yang tiba-tiba raib seakan ditelan bumi,
Beberapa tahun berselang, rumah yang dulu ditempati oleh keluarga Diana, akhirnya dihuni oleh keluarga Farel (Rendy Kjaernett). Dalam beberapa saat kemudian, Farel mengalami sejumlah kejadian aneh. Dia bahkan dapat berkomunikasi dengan sosok misterius bernama Nadia (juga diperankan oleh Olivia Jensen) melalui telepon genggamnya. Bersama kawan-kawan barunya di SMA, Farel berusaha menguak jejak misteri di rumah yang baru dihuninya itu. Dan mereka menemukan sesuatu yang sangat mengejutkan!
Patut diapresiasi ide mengangkat “dunia lain” yang oleh sebagian besar orang masih dianggap sebagai mitos lewat film yang diproduseri oleh Amarta Pictures ini. Menyajikan film bergenre horor-fantasi memang sebuah tantangan tersendiri, tidak hanya dari sisi cerita namun juga kemampuan memainkan karakter para pemainnya.
“Film ini akan membuat kita sedikit berpikir akan keberadaan dunia selain dunia kita berada saat ini,” ujar Alfrits J Robert, sang sutradara, dalam sebuah konferensi media, seperti dikutip dari sini. Dibawah arahannya, film ini mampu membangkitkan rasa penasaran penonton dengan nuansa suspense menegangkan. Rendy Kjaernett berhasil menghidupkan sosok Farel dengan gerak tubuh dan mimik natural. Olivia Jensen yang memerankan 2 karakter sekaligus: Nadia dan Diana juga menampilkan parade akting yang lumayan menawan. Dan tentu saja, aktor lawas tampan awet muda, Ari Wibowo secara gemilang mampu menghidupkan sosok ayah Diana.
Dari sisi sinematografi, perpindahan antar adegan diatur begitu mulus dan dinamis. Meski sempat terasa agak mengganggu ketika muncul adegan aksi perkelahian di sebuah padang rumput dengan adegan sebelumnya yang kebanyakan diambil secara indoor. Penonton juga seakan dibawa rasa bingung dan penasaran yang tak terlampiaskan pada relasi antara pencairan ksatria ketigabelas dengan hilangnya Diana. Elemen ini yang sepertinya kurang tuntas dijelaskan, khususnya mulai pada pertengahan film yang diproduseri oleh Gerry Resuka dan Indra Pasaribu ini.
Menjelang film berakhir, salah satu artis pemeran film ini, Ari Wibowo berkenan hadir dan menyapa para penonton. Alhamdulillah, saya masih berkesempatan berfoto bersama artis yang mudanya masih awet ini, di salah satu sudut yang disiapkan.
Selamat dan sukses untuk film Multiverse : The 13th Step!
Semarak Bulan Puasa Ramadhan Di Grand Cempaka Hotel
Yup, Harmoni Resturant di Hotel Grand Cempaka menyediakan buffet dengan pilihan menu antara lain Gudeg dan Nasi Kebuli. Gudeg mengingatkan kita pada kota Yogyakarta, sebuah kota dengan kebudayaan yang kental. Sedangkan Nasi Kebuli erat kaitannya dengan nuansa Arab dan Timur Tengah. Dua tradisi yang berbeda namun menyatu dalam Bulan Ramadhan kali ini.
Gudeg memiliki citarasa manis biasa ditemukan di Yogyakarta. Namun, Harmoni Restaurant menyelaraskannya dengan menambahkan sensasi pedas. Variasi gudeg sebetulnya sangat beragam, namun Gudeg Yogyakarta lebih terkenal. Gudeg terdiri dari gudeg basah, kering dan Solo. Pembeda dari ketiganya hanya pada Areh. Gudeg kering disajikan dengan Areh kental, sedangkan gudeg basah disajikan dengan Areh encer. Lain lagi dengan gudeg Solo yang Arehnya berwarna putih. Grand Cempaka Hotel menyajikan Gudeg dengan Areh kental.
Bagi pecinta masakan dari kambing harus mencoba Nasi Kebuli. Nasi ditanak dengan campuran kaldu kambing dan susu kambing. racikan berikutnya adalah minyak samin untuk menumis rempah-rempah termasuk jintan, kapulaga, kayu manis dan pala. Bayangkan aroma yang tercium dari racikan kaya rempah-rempah di Nasi Kebuli ini.
Nasi Kebuli sangat terkenal diMasyarakat Betawi dan Keturunan Arab di Indonesia. Tastenya memang mirip dengan Nasi Briyani, sehingga sangat mudah untuk diterima dikalangan Muslim. Selain Ramadhan, Nasi kebuli biasanya disajikan pada saat momen Hari Besar Islam seperti Maulid Nabi Besar, Lebaran dan Idul Qurban.
Kedua Menu, Gudeg dan Nasi Kebuli merupakan pilihan Buffet di Harmoni Restaurant. Ragam menu lainnya seperti ayam goreng, mie goreng, sayur dan pilihan lainnya juga melengkapi buffet ini.
Paket Menu Ramadhan dan Lebaran Di Hotel Grand Cempaka
Berapa sih harga yang tiwarkan untuk menikmati buffet pada saat berbuka puasa? Tenang saja, hanya dengan Rp 130.000/net termasuk ta'jil dan makan malam. Nah, bagi yang menginap di Hotel Grand Cempaka, dikenakan rate harga kisaran mulai dari Rp 644.000 sudah termasuk Sahur atau makan pagi (sarapan) untuk dua orang. Paket Ramadhan ini berlaku mulai dari 25 Mei - 25 Juni 2017.
Setelah Bulan Ramadhan, tersedia paket lebaran dengan rate harga yang sama Rp 644.000/net per kamar termasuk makan pagi untuk dua orang. Selain itu terdapat paket Halal Bi Halal yang bisa dinikmati dengan harga Rp 200.000 dengan coffee break dan makan siang/malam.
Silahkan yang sudah memantapkan pilihan buka puasa dan berkumpul pada halal bi halal bisa melakukan pemesanan +62 21 4260015 . So, enjoy your Holy Month with your family and friends.
Harmoni Restaurant
Hotel Grand Cempaka
Jl. Letjen. Suprapto
Cempaka Putih, Jakarta Pusat
Webiste : www.grandcempaka.co.id